Sabtu, 20 Maret 2010

artikel non akademis

PERPUSTAKAAN SEKOLAH HANYA SEBAGAI
“GUDANG BUKU”



Kebiasaan ini belum merubah di kebanyakan sekolah sampai sekarang.


Padahal Perpustakaan Seharusnya Sebagai "Jantung Sekolah". Banyak siswa-siswi\ belajar dalam keadaan sulit di rumah, karena tempatnya sempit, ada adik-adik yang suka menggangu, mereka sering harus belajar di meja makan sesuai dengan waktu tidak dipakai, mereka tidak dapat belajar bersama teman-teman sekelas, dll.

Perpustakaan juga sangat cocok untuk sebagai tempat di mana siswa-siswi dapat mengakses sumber-sumber informasi di Internet di luar jam kelas karena di awasi (melindungi siswa-siswi dari situs, kekerasan, porno, dll), dan siswa-siswi dapat dibantu oleh pustakawan/wati tanpa kebutuhan staf khusus

Permasalahannya "jumlah atau jenis koleksi buku", yang biasanya sangat kurang. Tetapi selama perpustakaan sekolah hanya sebagai "gudang buku" jumlah buku dan peraturan buku (Sistem/Katalog) tidak termasuk hal-hal utama. Untuk meningkatkan minat, kesempatan, dan kebiasaan baca siswa/siswi., kalau belum,sistem tersebut dirubah perpustakaannya akan gagal sebagai jantung sekolah. Karena perpustakaan adalah tempat dimana kita bisa mengetahui dunia lewat membaca.Kebiasaan baca adalah kunci untuk mengembangkan pengetahuan dan pendidikan kita terus selama hidup
(lifelong learning).
"Perpustakaan Online" tidak sebagai pilihan yang rialistik untuk mayoritas siswa-siswi tingkat sekolah (atau masyarakat) di Indonesia karena mereka tidak punya komputer atau akses ke Internet di rumah. Waktu untuk menggunakan komputer di sekolah adalah sangat terbatas, dan untuk "print" (cetak) dokumen-dokomen atau ebook dari Internet adalah sangat mahal dibanding dengan pinjam buku dari perpustakaan "yang gratis".

“Perpustakaan Digital” Seperti kami sudah menyebut di atas: 'Perpustakaan Online tidak sebagai pilihan yang rialistik untuk mayoritas siswa-siswi tingkat sekolah (atau masyarakat) di Indonesia karena mereka tidak punya komputer atau akses ke Internet di rumah. Waktu untuk menggunakan komputer di sekolah adalah sangat terbatas, dan untuk "print" (cetak) dokumen-dokomen atau ebook dari Internet adalah sangat mahal dibanding dengan pinjam buku dari perpustakaan "yang gratis".
Ref: Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Buku-buku di perpustakaan sekolah dapat dipinjam dan dibaca kapan saja, di mana saja (di becak, di tempat tidur), dan buku-buku perpustakaan sekolah dapat "diakses oleh semua siswa-siswi secara adil". Ayo, membangun perpustakaan sekolah yang lengkap dengan akses di luar jam kelas.
Perpustakaan Nasional Indonesia menyatakan “bahwa perpustakaan
harus menjadi "pusat belajar mengajar".

Ide! Kalau semua anak (bersama orang tuanya) membeli sata buku saja mengenai sesuatu yang menarik, misalnya sains, elektronik, kimia, komputer, fotografi, Internet, kewirausahaan, pembangunan, olahraga, penerbangan, kejuruan apa saja, dan lain-lain, buku-buku ini dapat dikumpulkan di salah satu tempat (kalau tidak di sekolah) dan buku-buku ini dapat dipinjam gratis oleh semua siswa-siswi. Majalah, komik, surat kabar, dll juga dapat disimpan terus akhirnya kita dapat mempunyai koleksi sumber informasi yang sangat bermanfaat, namanya perpustakaan!
Kita harus kreatif!!